Rabu, 15 Desember 2010

SANG EMPU

Oleh : Manik Priandani


Ibu
Sang Empu

Ibu
Sang Empu

Ibu
Sang Empu

Ibu
Mama
Mami
Mamak
Mak
Embok
Biyung
Bunda
Mother
Mom
Apapun aku harus menyebutnya
Seberapa sulit namamu kueja
Di saat kumerambat dan merangkak
Di saat kubelajar berteriak
Di kala aku balita
Di kala aku suka dipeluk di dada

Ibu
Mama
Mami
Mamak
Mak
Embok
Biyung
Bunda
Mother
Mom
Apapun aku harus menyebutnya
Seberapa sulit namamu kueja
Kau selalu ada
Di sisiku yang papa
Yang selalu butuh penyangga
Di kala kuberanjak remaja

Ibu
Mama
Mami
Mamak
Mak
Embok
Biyung
Bunda
Mother
Mom
Apapun aku harus menyebutnya
Seberapa sulit namamu kueja
Sosok empu perkasa
Induk pemelihara
Cikal bakal yang sangat bermakna
Pelindung anak hingga dewasa

Ibu
Kau Sang Empu
Pengorbananmu tak sebanding asaku
Jasamu tak sebanding hasilku
Kesabaranmu tak sebanding langkahku
Keberhasilanmu tak sebanding perolehanku
Kasih sayangmu tak sebanding pemberianku
Dan aku tak sebanding sosokmu

Ibu
Sang Empu


Bontang, Manik Priandani, 16 Desember 2010 (menjelang Hari Ibu, 22 Desember 2010). Untuk Ibuku : Soeprapti Gatot, yang selalu kuat dan optimis menjalani lika-liku kehidupan ini.

Senin, 13 Desember 2010

HILANG KATA

Oleh : Manik Priandani

Dua hari lalu muncul angan
Kan kususun dalam sebuah rangkaian
Kemarin sempat teringat ‘kan kukatakan
Tadi malampun terngiang ‘kan kutuliskan
Saat sudah tersilap dalam bayangan
Kalimat-kalimat itupun tenggelam
Melayang
Meleleh
Mencair
Terlarut
Menghilang dalam kelam
Tak perlu menyelam
Tanpa harus lebam
Untuk rasa yang paling dalam
Bagi sebentuk hati mendendam
Kini aku hanya perlu diam
Diam
Dan diam

Bontang, Manik Priandani, 14 Desember 2010

Rabu, 10 November 2010

UNTAIAN YANG MEMBELENGGU

Manik Priandani


Barisan kalimat-kalimat itu menghentakku
Kuulang tapis setiap bait itu
Gelombang ragu tak juga menjauh
Mata ini mengajak untuk lebih menyimak
Menyisir kata demi kata dengan hati berdebar
Belalak mata semakin nanar
Butiran bening merebak di pelupuk mata
Siap bergulir seiring sesaknya dada
Sebongkah ganjalan terasa mendesak
Nafaspun tercekat tak tertahankan
Tergugu aku di kesendirian malam
Mencerna setiap untaian kata
Mengurai kedalaman makna
Tetap aku berusaha tak percaya


Namun...
Kini...
Barisan kalimat itu selalu membelengguku


Bontang, Manik Priandani, 11 Nopember 2010

Selasa, 02 November 2010

KUSUKA BILA.....

Kusuka bila kau gembira
Kusuka bila kau cerah ceria
Kusuka bila kau bersemangat
Kusuka bila kau bijaksana
Kusuka bila kau sewajarnya
Kusuka bila kau aktif

Kusuka bila kau tak pasif
Kusuka bila kau tak cemberut
Kusuka bila kau tak merengut
Kusuka bila kau tak bersedih
Kusuka bila kau tak terdiam
Kusuka bila kau tak jengkel

Kusuka bila ada binar di matamu
Kusuka bila ada sunggingan senyum di bibirmu
Kusuka bila semuanya terasa nyaman

Kusuka bila tak ada kesedihan menjalar
Kusuka bila tak ada kekecewaan terpancar
Kusuka bila tak ada kekeluan itu


Bontang, Manik Priandani, 02 Nopember 2010

Jumat, 03 September 2010

EMPAT SEPTEMBER

Oleh : Manik Priandani

04 September
Di hari Sabtu yang sama
Tepat 16 tahun silam
Telah disaksikan janjimu di hadapanNYA
Janji di antara kita
dan antara kita dan DIA
Puji syukur kami panjatkan kehadiratMU
Wahai Dzat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

KAU limpahi kami kenyamanan berkeluarga
KAU limpahi kami cinta penuh kasih
Cinta yang memberi bukan meminta
Berkorban bukan menuntut
Berinisiatif bukan menunggu
Bersedia bukan berharap-harap
Ikhlas bukan terpaksa
Saling percaya dan saling menerima
Saling menjaga amanah dan tak ingkar

LindunganMU, bimbinganMU, barokahMU
Kami harapkan mengalir setiap waktu
Amin........

(Bontang, 04 September 2010)

Selasa, 27 Juli 2010

PURNAMA DAN KEJORA

Manik Priandani

Tersembul cantik di ufuk
Senyuman selalu di kulum
Merona bak pipi yang ranum
Bersender di langit malam
Berpendar kuning keemasan
Bagai kaca putri idaman
Menerangi seluruh alam

Gemulai bertabir awan
Merambat dengan pelan
Menari tanpa teman
Berjalan sendirian
Berselendang putih menawan
Betapa indah tak terperikan

Jauh di ketinggian
Berlawanan dengan sang Bulan
Merkurius, Venus, atau Kejora-kah?
Mengerling mengerjap-ngerjap
Sinar biru berwibawa
Seakan berbicara
Di manakah kawanku semua?
Lihatlah langit sangat terang

Bulan bersinar
Bundar berpendar

Bintang Kejora berkelip
Tak berhenti mengedip


Bontang, 27 Juni 2010, 20.30 WITA, Malam ini Bulan Purnama dan Kejora muncul terang di atas kota Bontang...indah sekali.

Jumat, 23 Juli 2010

BELAHAN JIWAKU

Manik Priandani

Tiada hal yang tak kau dengar tentangku
Tiada hal yang terlewat olehmu
Seakan mata hatimu lebih dari dua
Kepekaanmu tak terkata
Berlipat dan berganda
Bila menyangkut diriku
Bila menyangkut semua tentangku
Tak ingin kau menyakitiku
Selalu ingin meringankanku
Semua terbaca olehku

Tersanjung aku
Melayang aku
Terbang aku
’Karna mu

Ada saatnya kau tegur aku
Kau ingatkan ku
Bila kulalai sesuatu
Bila tak kuacuhkan buah hatimu
Dan juga dirimu

Kau goda aku
Dengan kalimat lucumu
Kau sanjung aku
Dengan sindiran yang menggelitikku
Kau gembirakan aku
Dengan perhatian tulusmu
Kau cintai aku
Tanpa ada hitungan waktu

Denganmu terasa lapang dunia ini
Denganmu jalan berkerikilpun terasa nyaman di kaki
Rintangan dan cobaan bersama kita lalui
Kegembiraan dan keceriaan bersama kita nikmati

Ketakutan
Kegembiraan
Petualangan
Perjuangan
Kenikmatan
Keinginan
Menjadikan kita semakin berpadu
Untuk menempuh kehidupan di planet biru

Puji syukur –ku ya Allah
Atas segala karunia-MU


Bontang, 24 Juli 2010

CINTA

Manik Priandani


Menembus kalbu semua insan
Menerobos dengan kasar ataupun pelan
Dalam berbagai mozaik kehidupan
Meremas, menghujam, dan kadang menghantam
Tak terelakkan
Namun harus dihadapi dengan tenang
Tanpa perlu emosi yang berlebihan

Suatu rasa yang samar
Terus ada tanpa dasar
Teraba dalam tatap yang nanar
Di dalam hati yang berkobar
Juga dalam rona berbinar
Karunia indah dari Yang Maha Besar
Terucap hamdalah disertai istighfar

Dari jaman Nabi Adam hingga nanti
Dalam berbagai bentuk pantulan hati
Karena Cinta memang rasa hakiki
Sifat Allah yang Maha Tinggi
Terpantulkan dalam diri sanubari
Kami manusia yang hanya pengabdi
Harus mampu menjaga amanah ini

Tidak ada cinta terlarang
Hanya bagaimana proses itu berkembang
Perlu melalu jalan lapang
Tersibak dan terbukanya pandang
Akan keyakinan yang harus kita pegang
Karena Cinta adalah amanah
Dari DIA yang Maha Agung

Andai kesempurnaan kini tak tergapai
Esok masih ada mentari
Yang akan mengiringi
Berkah Allah yang tiada henti
Hingga saatnya nanti
Sesuai dengan janji
Bertemu dengan cinta hakiki
Dia dan DIA Yang Maha Tinggi


Bontang, 24 Juli 2010

Jumat, 09 Juli 2010

MUTIARA DARI LANGIT

Jutaan berjatuhan
Berbutir-butir dan kadang bak tirai
Diawali mendung
Di lain waktu senyuman matahari mengiringinya
Guliranmu
Merekahkan bunga
Menceriakan kodok dan keluarganya
Dan rumputpun bergembira ria

Momentummu menghentak
Kesejukkan mengikutimu
Bau tanah yang harum menguar
Menyentuh kalbu insan
Menyingkirkan rasa risau
Menghapus resah
Menghilangkan gundah
Kala berada di dalam rumah
Hangat, tentram, dan pasrah

Kala dirimu jatuh berbareng
Dan kuberjalan sendirian
Di tengah lebat butirmu
Di atas liuk jalan yang berliku
Naik turun jalan bak ular naga
Saat tumpahan bak dituang
Gelegar guntur mengiringi
Gelegak cairmu menggetarkan kalbu
Meleleh dan mengalir
Muncul dari sela-sela rerumputan
Berbondong-bondong
Berduyun-duyun
Mengingatkan kesendirianku
Tak akan ada kata menolak
Tak bisa kuberlari
Seakanku kuharus ikhlas menyambutmu
Kegundahan melanda
Keciutan mencekam
Kuingat penciptamu
DIA-lah yang menuangmu dari langit
DIA-lah pemilikmu
Kumohon perlindunganNYA

Butir-butir mutiara itu
Tetap akan selalu tertuang
Tertumpah dari langit
Ke permukaan tanah coklat
Di planet hijau biru indah

Sebagai rahmat
Sebagai pengingat
Bahwa...
DIA-lah pemilikmu

Bontang, Manik Priandani, (Dinginnya malam ini) 10 Juli 2010

Kamis, 08 Juli 2010

KETULUSAN

Tulus
Apakah itu ucapan yang cukup

Tulus
Apakah itu pernyataan sanjungan

Tulus
Apakah itu yang selama ini kau inginkan

Tulus
Itu ungkapan yang selalu terkatakan
Selalu kau ungkapkan

Haruskah ketulusan hanya untuk sebelah pihak
Apakah ketulusan hanya tuntutan sebelah pihak
Haruskah ketulusan dikacaukan oleh kecurigaan

Rasanya lelah untuk mengingatnya

Seharusnya tak perlu waktu
’Tuk menyadari ketulusan itu
Tak perlu adanya sesal kemudian
Karna waktu terus menggelinding
Bahkan berjalan cepat
Tak ’kan terhenti

Ketulusan itu akan terus bergulir
Tak kan hilang oleh kondisi apapun
Tak kan hancur oleh keangkuhan
Tak kan lekang oleh kesombongan

Karena tulus adalah sifat DIA Yang Maha Penyayang
Dan manusia sangat ingin menirunya
Karenanya memberikan ketentraman
Memberikan kebahagiaan
Di lubuk hati yang paling dalam


Manik Priandani, Bontang, 27 Mei – 09 Juli 2010

Minggu, 23 Mei 2010

SAMAR (Sebuah Puisi)

Semuanya terlihat samar
Walau mungkin terbaca oleh hati
Oleh rasa
Namun ku tak ingin semuanya nyata
Biarkan semuanya samar
Sehingga tidak perlu aku terkejut
Mengernyit
Menggumam
Ataupun menghela nafas panjang
Untuk mengusir rasa sesak di dada

Sudahlah
Semuanya telah lewat
Kutak ingin mengingat
Kuingin semuanya tetap
Seperti semula
Seperti sedia kala

Karna kemarin tak ada apa-apa
Tak terjadi apa-apa
Sekarang harusnyapun tak ada

Bontang, 23 Mei 2010