Oleh : Manik Priandani
Ibu
Sang Empu
Ibu
Sang Empu
Ibu
Sang Empu
Ibu
Mama
Mami
Mamak
Mak
Embok
Biyung
Bunda
Mother
Mom
Apapun aku harus menyebutnya
Seberapa sulit namamu kueja
Di saat kumerambat dan merangkak
Di saat kubelajar berteriak
Di kala aku balita
Di kala aku suka dipeluk di dada
Ibu
Mama
Mami
Mamak
Mak
Embok
Biyung
Bunda
Mother
Mom
Apapun aku harus menyebutnya
Seberapa sulit namamu kueja
Kau selalu ada
Di sisiku yang papa
Yang selalu butuh penyangga
Di kala kuberanjak remaja
Ibu
Mama
Mami
Mamak
Mak
Embok
Biyung
Bunda
Mother
Mom
Apapun aku harus menyebutnya
Seberapa sulit namamu kueja
Sosok empu perkasa
Induk pemelihara
Cikal bakal yang sangat bermakna
Pelindung anak hingga dewasa
Ibu
Kau Sang Empu
Pengorbananmu tak sebanding asaku
Jasamu tak sebanding hasilku
Kesabaranmu tak sebanding langkahku
Keberhasilanmu tak sebanding perolehanku
Kasih sayangmu tak sebanding pemberianku
Dan aku tak sebanding sosokmu
Ibu
Sang Empu
Bontang, Manik Priandani, 16 Desember 2010 (menjelang Hari Ibu, 22 Desember 2010). Untuk Ibuku : Soeprapti Gatot, yang selalu kuat dan optimis menjalani lika-liku kehidupan ini.
Blog ini khusus puisi asli yang ditulis oleh Manik Priandani. Tidak nyontek siapapun. Tidak selalu mengikuti pakem puisi, karena menulis puisi sebenarnya bukan hobby-nya. Hobbynya adalah membaca dan tidur.
Rabu, 15 Desember 2010
Senin, 13 Desember 2010
HILANG KATA
Oleh : Manik Priandani
Dua hari lalu muncul angan
Kan kususun dalam sebuah rangkaian
Kemarin sempat teringat ‘kan kukatakan
Tadi malampun terngiang ‘kan kutuliskan
Saat sudah tersilap dalam bayangan
Kalimat-kalimat itupun tenggelam
Melayang
Meleleh
Mencair
Terlarut
Menghilang dalam kelam
Tak perlu menyelam
Tanpa harus lebam
Untuk rasa yang paling dalam
Bagi sebentuk hati mendendam
Kini aku hanya perlu diam
Diam
Dan diam
Bontang, Manik Priandani, 14 Desember 2010
Dua hari lalu muncul angan
Kan kususun dalam sebuah rangkaian
Kemarin sempat teringat ‘kan kukatakan
Tadi malampun terngiang ‘kan kutuliskan
Saat sudah tersilap dalam bayangan
Kalimat-kalimat itupun tenggelam
Melayang
Meleleh
Mencair
Terlarut
Menghilang dalam kelam
Tak perlu menyelam
Tanpa harus lebam
Untuk rasa yang paling dalam
Bagi sebentuk hati mendendam
Kini aku hanya perlu diam
Diam
Dan diam
Bontang, Manik Priandani, 14 Desember 2010
Label:
Diam,
Hilang Kata,
Kelam,
Mendendam,
Sajak
Langganan:
Postingan (Atom)