Oleh : Manik Priandani
Puluhan juta detik lalu
Kurasa getar itu ada
Muncul tiba-tiba
Melayang
Menghantam
Memercik
Meledak
Lalu sirna…..
Sungguh
Hanya sepersekian detik
Di puluhan juta detik lalu
Tak lebih kurasakan
Dan tak kulapakan itu
Keangkuhan meniadakan
Kesombongan menyelubungi
Keakuan menghambarkan
Ketakacuhan memadamkan
Kejengkelan mengantipati
Ah....
Puluhan juta detik lalu
Kukira tlah padam semua
Tak bersisa sepercik nyalapun
Namun...
Sepersekian detik lalu
Muncul setitik percikan
Akankah?
Bontang, MP, 25 November 2011
Blog ini khusus puisi asli yang ditulis oleh Manik Priandani. Tidak nyontek siapapun. Tidak selalu mengikuti pakem puisi, karena menulis puisi sebenarnya bukan hobby-nya. Hobbynya adalah membaca dan tidur.
Jumat, 25 November 2011
Jumat, 16 September 2011
HIDUP
Oleh : Manik Priandani
Aku bersyukur masih bisa melihat Bulan
Aku bersyukur masih bisa bernafas
Bulan tidak harus berwarna merah
Bulan tidak harus berbentuk bundar
Bulan tidak harus berukuran besar seperti tampah
Kulihat Bulan berwarna putih
Kulihat Bulan tak bulat sempurna
Kulihat Bulan samar membayang
Kulihat Bulan kecil di langit terang
Kuhirup udara ini dengan bebas
Sambil melihat ke atas
Bulatan putih terabaikan
Terdiam di pojok langit
Energi habis oleh geliat hidup
Aku masih melihat bulan redup
Aku masih diberi hidup
Bontang, 16 September 2011
Aku bersyukur masih bisa melihat Bulan
Aku bersyukur masih bisa bernafas
Bulan tidak harus berwarna merah
Bulan tidak harus berbentuk bundar
Bulan tidak harus berukuran besar seperti tampah
Kulihat Bulan berwarna putih
Kulihat Bulan tak bulat sempurna
Kulihat Bulan samar membayang
Kulihat Bulan kecil di langit terang
Kuhirup udara ini dengan bebas
Sambil melihat ke atas
Bulatan putih terabaikan
Terdiam di pojok langit
Energi habis oleh geliat hidup
Aku masih melihat bulan redup
Aku masih diberi hidup
Bontang, 16 September 2011
DUNIA
Oleh : Manik Priandani
Di sini memang tak perlu bicara keadilan
Di tempat ini memang tak perlu keluh kesah
Di planet ini sekaligus tak perlu tanpa asa
Di bumi biru ini tak perlu menghitung serius
Di alam fana ini juga tak perlu terlena
Di sini tak perlu berlebihan
Di bagian alam semesta ini jangan tuntut keabsolutan
Dan di sini hanya perlu tuntutan keseimbangan
Dan suatu ketika perlu ikhlas melebihkan
Imbang dalam menghadapi kegembiraan dan kesedihan
Imbang dalam menyikapi keinginan dan ketakinginan
Imbang dalam melihat diri dan di luar diri
Imbang dalam menghadapi penerimaan dan penolakan
Imbang dalam menilai diri sendiri dan orang lain
Imbang dalam mengukur sesuatu dengan yang lain
Lebihkan antara nafsu baik dan buruk
Positifkan antara syukur dan kufur
Perbanyak selisih antara hak dan batil
Perlebar jarak antara kejelasan dan kesamaran
Pertegas batas antara ya dan tidak
Rasanya semuanya menjadi nyaman untuk dilalui
Karna ada batas yang tegas menentramkan
Walau godaan banyak melambai
Lambaian kemarahan
Lambaian kekufuran
Lambaian ketidaksyukuran
Lambaian penghujatan
Lambaian fitnah
Lambaian keiridengkian
Lambaian prasangka
Lambaian rajutan bisikan
(Aku berlindung kepadaMu ya Robbi
Dari bisikan maupun provokasinya
Hanya Engkaulah Yang Maha Kuat dan Maha Mengalahkan)
Bontang, 16 September 2011
Di sini memang tak perlu bicara keadilan
Di tempat ini memang tak perlu keluh kesah
Di planet ini sekaligus tak perlu tanpa asa
Di bumi biru ini tak perlu menghitung serius
Di alam fana ini juga tak perlu terlena
Di sini tak perlu berlebihan
Di bagian alam semesta ini jangan tuntut keabsolutan
Dan di sini hanya perlu tuntutan keseimbangan
Dan suatu ketika perlu ikhlas melebihkan
Imbang dalam menghadapi kegembiraan dan kesedihan
Imbang dalam menyikapi keinginan dan ketakinginan
Imbang dalam melihat diri dan di luar diri
Imbang dalam menghadapi penerimaan dan penolakan
Imbang dalam menilai diri sendiri dan orang lain
Imbang dalam mengukur sesuatu dengan yang lain
Lebihkan antara nafsu baik dan buruk
Positifkan antara syukur dan kufur
Perbanyak selisih antara hak dan batil
Perlebar jarak antara kejelasan dan kesamaran
Pertegas batas antara ya dan tidak
Rasanya semuanya menjadi nyaman untuk dilalui
Karna ada batas yang tegas menentramkan
Walau godaan banyak melambai
Lambaian kemarahan
Lambaian kekufuran
Lambaian ketidaksyukuran
Lambaian penghujatan
Lambaian fitnah
Lambaian keiridengkian
Lambaian prasangka
Lambaian rajutan bisikan
(Aku berlindung kepadaMu ya Robbi
Dari bisikan maupun provokasinya
Hanya Engkaulah Yang Maha Kuat dan Maha Mengalahkan)
Bontang, 16 September 2011
Label:
dunia,
planet bumi,
provokasi,
Sajak
Rabu, 08 Juni 2011
MELODY RASA
Manik Priandani
Selembut nafas bayi
Segemulai liukan penari
Sehalus bisikan peri
Bak alunan melody
Meresap ke dalam hati
Hantaran sinyal lembut
Menusuk kalbu sendu
Membelai jiwa kelu
Menghangatkan suasana bisu
Mengurai mimpi lalu
Alunan sukma merekah
Merah bukan darah
Panas bukan marah
Terjaga dalam gerah
Tertunduk hilang gairah
Melodi-melodi itu
Terus bersahutan
Mengikuti detak waktu
Saling berkejaran
Lintang pukang
Dan tak ‘kan diam
Hingga sukma ini menghilang
Entah
Kapan terdiam
Atau ‘kan terus berdenting?
Bontang, Manik Priandani, 08 Juni 2011
Selembut nafas bayi
Segemulai liukan penari
Sehalus bisikan peri
Bak alunan melody
Meresap ke dalam hati
Hantaran sinyal lembut
Menusuk kalbu sendu
Membelai jiwa kelu
Menghangatkan suasana bisu
Mengurai mimpi lalu
Alunan sukma merekah
Merah bukan darah
Panas bukan marah
Terjaga dalam gerah
Tertunduk hilang gairah
Melodi-melodi itu
Terus bersahutan
Mengikuti detak waktu
Saling berkejaran
Lintang pukang
Dan tak ‘kan diam
Hingga sukma ini menghilang
Entah
Kapan terdiam
Atau ‘kan terus berdenting?
Bontang, Manik Priandani, 08 Juni 2011
Langganan:
Postingan (Atom)